Senin, 30 Desember 2013

Tjong A Fie Mansion

Foto: Gerbang depan Tjong A Fie Mansion
Cagar Budaya di Kota Medan, mungkin masih banyak yang belum mengetahui cagar budaya yang ada di kota Medan. bahkan mungkin orang-orang Medan sendiri juga banyak yang tidak tahu tentang ini. Salah satu cagar budaya yang ada di kota Medan yang mungkin tidak banyak orang mengetahui sejarahnya yaitu bangunan kuno yang terletak di tengah kota Medan tepatnya di jalan Kesawan Medan dikenal dengan nama "Tjong A Fie Mansion". Jika kita masuk dari jalan Pemuda, tidak jauh dari persimpangan jalan Kesawan tepatnya di sebelah kanan kita akan menemukan satu bangunan tua bernuansa Tiongkok. Sekilas mungkin terlihat biasa saja, bahkan banyak yang tidak mengetahui bahwa rumah peninggalan pengusaha Tiongkok ini adalah salah satu cagar budaya yang patut dijaga.

Termasuk saya yang telah lama tinggal dimedan juga baru kali ini menelusuri jejak budaya yang ditinggalkan dari bapak Tjong A Fie. Dikarenakan Rumah Tjong A Fie ini baru disahkan menjadi cagar budaya di tahun 2010. Jadi wajar saja jika Rumah Tjong A Fie ini berbeda dengan Istana Maimon yang selalu menjadi kunjungan Turis.

Sedikit berbagi cerita, saya mendeskripsikan perjalanan saya di kota tua Medan yang kental akan kultur budaya Melayu dan China. Jika orang bilang Medan adalah Tanah Batak, saya kurang setuju. Karena Medan khususnya dari jaman kolonial dipenuhi dengan penduduk berdarah Kerajaan Melayu dan Dinasti Tiongkok. Sedangkan suku batak hanyalah suku perantauan dari Tanah Karo, Simalungun, dan Toba.

Perjalanan saya menelusuri kota tua Medan setelah melihat beberapa bangunan tua seperti Stasiun Kereta Api, Kantor Pos, Hotel Dharma Deli, Bangunan London Sumatera yang dikenal dengan Lonsum dan beberapa sisa-sisa bangunan tua lainnya yang berdiri di jalan Kesawan saya terhenti di rumah tua yang berdiri sejak tahun 1900. Dari luar sudah terlihat bentuk bangunan ini menggambarkan bangunan China. Saya langsung masuk kedalamnya dan membeli tiket masuk seharga 35.000 untuk umum dan 20.000 untuk pelajar. Sampai di dalam kita akan didampingi dengan seorang guaide yang akan menerangkan tentang bangunan ini dan tentang sejarah pemiliknya. Ya sudah jelas pemiliknya adalah Bapak Tjong A fie seorang pengusaha asal Tiongkok yang lahir di Guangdong pada tahun 1860.

Dikarenakan kedatangan saya bertujuan untuk meliput rumah Tjong A Fie, maka saya diizinkan untuk masuk dari pintu utamanya. Biasanya pengunjung dibawa masuk dari pintu samping bangunan. Wah.. tentu saja menjadi kebanggaan bagi saya bisa langsung masuk dari pintu utama, serasa bagai seorang tamu dari bapak Tjong A Fie hahahh...
Bangunan ini terdiri dari dua lantai. Tapi memang benar saja, bangunan ini terasa sangat berbeda. Dari mulai saya masuk di ruang tamu, saya merasa seperti berada pada satu abad yang lalu. Mulai dari lantai sampai langit-langit rumahnya masih asli dari awal dibangun. Lantainya sengaja diukir sendiri dengan tangan, terlihat pada ukiran lingkarannya tidak ada yang sempurna. Jika melihat langit-langit rumahnya juga kelihatan beberapa yang rusak karena usianya.

Rumah ini dibangun dengan gaya arsitektur tiga budaya yaitu Melayu, China, dan Eropa. Dibagian sisi sebelah kanan ruang tamu, terdapat ruang tamu yang berdesign etnik Melayu. Dikarenakan Bapak Tjong A fie menjalin hubungan yang sangat baik dengan Sultan Deli yaitu Makmoen Al Rasjid Perkasa Alamsyah dan Tuanku Raja Muda. Pada bagian tengah tepat didepan pintu masuk terdapat ruang tamu dengan etnik China yang diperuntukkan para tamu-tamu China. Dan bagian sebelah kiri terdapat ruang tamu bernuansa Eropa dengan perabotan tempo dulu.
Foto: Etnik Melayu
Foto : Etnik China
Foto: China Eropa
Banyak sekali koleksi buku-buku yang terletak di rak yang ada diruang tamu, sayang sekali buku-buku tersebut sama sekali tidak boleh dipinjam atau hanya sekedar dibaca. Padahal saya penasaran dengan buku-buku yang masih dengan tulisan dan bahasa tempoe doloe.
Lanjut saya masuk ke ruang selanjutnya dibalik ruang tamu terdapat feng shui dari bangunan tersebut. dimana diantaranya terdapat ukiran-ukiran fentilasi, dan bagian tengah dengan atap yang terbuka sama seperti kalau kita melihat atau menonton film kungfu setiap rumah memiliki bagian tengah yang atapnya terbuka. Dan terdapat Altar untuk tempat sembahyang. Sayang sekali pada bagian Altar ini tidak boleh diambil gambarnya ataupun videonya.
Namun ada nuansa yang berbeda saat saya berdiri tepat didepan bagian Altar, spontan bulu kuduk saya berdiri. Ketika itu saya sambil memperhatikan gambar-gambar pemakaman dan prosesi pemakaman Tjong A Fie saat meninggal dunia. Jujur saja saat berdiri di Altar ini saya seperti merasakan bahwa pada saat itu Bapak Tjong A Fie seakan masih ada.
Disebelah Altar, terdapat kamar tidur Bapak Tjong A Fie. Diatas tempat tidur kayu yang beralaskan tilam dikamarnya itulah Tjong A Fie menghembuskan nafas terakhirnya.
Dan sampai sekarang tempat tidur itu juga menjadi saksi sejarah. Di dinding kamar terdapat beberapa foto Tjong A Fie  dengan istrinya Lim Koei Yap yang merupakan istri ke tiga yang berasal dari Timbang Langkat Binjai merupakan peranakan Tionghoa Melayu.


Masih dijajaran Altar terdapat satu ruangan yang menjadi galeri kenangan perjalanan Tjong A Fie. Di ruangan ini terdapat foto-foto berbagai acara dan berbagai gambar dari usaha-usaha yang didirikan oleh Tjong A fie yang diantaranya perkebunan tembakau, teh, Batavia Bank, Deli Bank, dan masih banyak lagi. Juga terdapat foto berbagai perayaan hari besar, diantaranya Cap Go Meh, Imlek, dan Hari Raya Idul Fitri yang dirayakannya dengan Sultan Deli dan para penduduk. Ya, memang Tjong A Fie sangat menghargai agama Islam karena itu juga ia sangat dekat dengan Kesultanan. Tjong A Fie juga banyak membantu untuk pembangunan tempat ibadah seperti masjid, kuil dan gereja di Sumatera Utara. Tak heran jika ia sangat disenangi oleh banyak orang karena sifatnya yang sangat dermawan tanpa memandang ras.
Selanjutnya saya masuk kebagian dapur dan ruang makan. Dapur yang memanjang ini memperlihatkan suasana ruang makan ala China. diatas meja makan juga tersusun rapi piring, mangkuk sup, sumpit, garpu, dan sendok yang pastinya dengan corak nuansa China.
Dilantai dua terdapat tempat sembahyang yang tidak boleh dimasuki , dan didepannya terdapat ruangan untuk tempat membuat suatu acara, dahulunya menjadi tempat dansa para tamu ketika ada acara. Namun sekarang dijadikan sebuah galeri.
Bangunan ini memang cocok dibilang museum, karena banyak peninggalan-peninggalan sejarah didalamnya yang masih terjaga dengan baik. Dan saya sendiri bangga masih dapat menikmati sisa sejarah. Sungguh luar biasa kehidupan di jaman itu dimana kota Medan memiliki sang dermawan yang berasal dari Negeri Tiongkok yang banyak membantu perekonomian dan politik Kota Medan. Semoga bisa menjadi contoh buat kita agar kita dapat hidup akur saling tolong menolong dengan barbagai suku dan agama.
Foto : Pintu Kamar Tidur
Foto : Tempat Tidur Tjong A Fie



Rabu, 30 Oktober 2013

Susu Sapi Segar "Daling Farm" Brastagi

Susu Bantal Produksi Daling Farm
Sahabat... siapa sih yang tidak kenal susu. Bahkan bisa jadi kamu juga salah satu orang yang seneng minum susu. Nah kali ini kamu bakal dikenalin dengan tempat wisata baru yang sekaligus bisa jadi tempat nambah wawasan mengenai susu. Susu biasanya berasal dari hewan seperti sapi, kerbau, kambing, dan kuda. Tapi ada juga susu yang berasal dari tanaman kedelai. Tempat wisata yang satu ini membawa kita untuk mengenal tentang susu sapi dan proses peternakannya. Yap!! susu yang paling sering dikonsumsi orang banyak.
Selain rasanya yang enak, susu sapi juga bagus untuk pertumbuhan anak-anak dan juga bagus untuk perkembangan daya pikir. Mungkin sejauh ini kita hanya mengenal susu yang ramai dijual di mall, supermarket, atau pun di pasar tanpa kita tahu bagaimana proses awalnya. Dan pastinya sangat disayangkan sekali dong bahwa yang kita konsumsi sehari-harinya tidak kita ketahui bagaimana prosesnya. Susu yang kita minum memang berasal dari sapi, tapi enggak semua sapi sama jenisnya. Bagi kamu yang berdomisili di daerah Sumatera Utara, pastinya udah tidak asing lagi dengan tempat wisata Brastagi. Buat yang udah mulai bosan duduk-duduk di bakaran jagung "Penatapan", ditaman Gundaling, Taman Lumbini, Bukit Kubu, Tahura atau pun yang lainnya, ada satu tempat yang membuat kita bisa menikmati susu segar sepuasnya. Daling Farm, salah satu peternakan sapi besar yang ada di Brastagi. Daling Farm tidak hanya tempat peternakan sapi, namun juga menjadi tempat wisata bagi para pengunjung wisata Brastagi. Lokasi yang terletak di kaki Gunung Sibayak ini memberikan kesan yang khas dengan dikelilingi pohon pinus dan udara yang sangat sejuk. Daling Farm merupakan wisata peternakan sapi yang sangat cocok untuk tempat persinggahan membeli susu segar maupun melihat proses pemerahan susu sapi.  bukan hanya susu segar, namun juga susu diproses untuk menjadi yogurt aneka rasa.

 Lebih asyiknya lagi, susu yang disediakan di Daling Farm merupakan susu segar pasteurisasi. So, gak perlu takut dengan kuman-kuman bakteri yang ada pada susu. Karena proses pasteurisasi yang dilakukan sudah membunuh bakteri-bakteri terutama bakteri patogen pada susu, juga diproses dengan mesin canggih yang bersih. Proses pemerasan dimekanisasi dengan alat  yang steril Para pekerja di Daling Farm juga sangat menjaga kebersihan, para pekerja wajib memakai baju putih seperti dokter, penutup kepala dan masker agar susu lebih terjaga kesterilannya. Susu dengan berbagai rasa  yang telah dikemas, baik secara cup atau pun bantalan, dapat dibawa pulang atau sebagai ole-ole, namun susu tidak dapat bertahan lama, maksimal seminggu dari awal beli untuk dikonsumsi, sedangkan susu yang telah terbuka kemasannya, harus segera dihabiskan saat itu juga. Dan untuk penyimpanannya harus di dalam kulkas agar tetap segar. Selain menikmati susu segar yang bersumber dari sapi-sapi yang sehat dan berukuran besar, pengunjung juga bisa menikmati cemilan yang tersedia di Daling Farm. Cemilannya juga unik, salah satunya ada menu "durian goreng".
Buat para orang tua, tempat ini sangat bagus untuk menjadi pilihan tempat wisata anda bersama anak-anak. Agara anak-anak juga tau bagaimana awal proses dari susu yang diminumya. Tapi untuk bisa mengetahuai proses pemerahannya kita harus mengikuti jadwal pemerahannya. Biasanya proses pemerahan susu sapi dilakukan pada pukul 16.20 WIB. Sapi-sapi yang ada dipeternakan ini berbeda dengan jenis sapi yang biasa terlihat di pinggiran jalan menuju langkat atau menuju aceh. Sapi yang ada di Daling Farm sangat disiplin, sapi-sapi tidak akan mau diperah susunya jika tidak pada waktunya. Sapi-sapi juga harus mendapatkan suasana yang tenang, jauh dari keributan dan kondisi kandang harus selalu bersih agar sapi tidak ngambek yang dapat mengakibatkan sapi tidak menghasilkan susu. Sapi yang berbadan besar dan bercorak loreng hitam putih ini berasal dari Australia yang sengaja diternakan oleh PT. Putra Indo Mandiri Sejahtera (PT. PIMS).
Kandang Sapi Perah
PT.PIMS adalah usaha peternakan sapi perah satu-satunya di Sumatera Utara yang dikelola secara modern dan menjual hasil produksinya sendiri. Bahkan sekarang sudah berkembang dan hasil produksinya telah sampai ke kota besar termasuk Medan. Untuk harga, hasil produksi dari Daling Farm cukup terjangkau dibanding susu import. Industri susu ini sangat baik untuk membantu perkembangan pariwisata Indonesia khususnya wilayah Sumatera Utara. Hebatnya lagi sejauh ini Daling Farm telah menarik perhatian Turis lokal maupun mancanegara.
Nah.. !! Bagi kamu yang belum pernah mengunjungi, ayo jangan sampe terlambat untuk menikmati moment berkualitas yang bisa menambah pengetahuan sekaligus menikmati rasa susu segar berbagai rasa. Untuk bisa sampai ke lokasi peternakan sapi Daling Farm, kita bisa menggunakan transportasi mobil ataupun sepeda motor. Berlokasi sekitar 4-5 km dari pusat pasar Brastagi.
Kita bisa masuk melalui jalur pendakian family track Gunung Sibayak (masuk dari samping Hotel Sibayak). Setelah itu kita akan memasuki kawasan Desa Jaranguda dan menemukan persimpangan lanjut belok ke arak kanan. Selama perjalanan menuju Daling Farm, kita akan disuguhkan pemandangan yang indah diantaranya kebun strawberry, kebun wortel, tanaman bawang, tomat, lobak dan sayur-mayur yang berada di kiri dan kanan badan jalan. Jika tertarik, dipinggiran jalan juga ada warung-warung kecil yang menjual sayuran segar yang bisa dipilih untuk dibeli dan dibawa pulang. Eitss.. jangan sampai pemandangan yang indah membuat kita jadi kelewatan ya..

Setelah mengikuti arah jalan, kita akan bertemu dengan Gerbang Daling Farm yang terletak di sebelah kanan dan terdapat plang menunjukkan lokasi peternakan. Kita tinggal masuk tanpa harus membayar uang masuk. Wisata ini bebas biaya kecuali membeli susu dan makanan lainnya. lokasi parkirannya juga sangat luas, dan langsung dapat melihat sapi-sapi yang ada dikandangnya. Dekorasi halamannya juga sangat rapi dan bersih. Tersedia bangku, meja dan taman untuk menikmati susu dengan hembusan angin segar yang melintas dari sela-sela pinus yang mengelilingi peternakan. Sesekali juga bisa melihat garis dari air terjun piso-piso. Wow.. memukau deh pokoknya gak nyesel.
Oke, selanjutnya selamat menikmati susu, yogurt dan berwisata guys.. :D


  
Lokasi Parkiran Daling Farm

Kamis, 24 Oktober 2013

Anak Indonesia Dan Pendidikannya

Jika kita melihat potret anak - anak di Indonesia, sudah yakinkah kita bahwa pendidikan yang dikonsumsi anak-anak di Indonesia sudah mencukupi atau sudahkah mendapatkan pendidikan yang selayaknya? Dan apakah Pemerintah sudah maksimal menjalankan pembangunan dalam bidang pendidikan untuk Indonesia?
Mungkin sebagian dari kita akan menjawab bahwa pendidikan di Indonesia sudah ada kemajuan, itu jika kita pandang dengan sebelah mata. Namun, mari kita arahkan pandangan kita ke daerah-daerah pelosok negara ini. Terlihat jelas masih banyak anak-anak Indonesia yang sulit untuk dapat mengecap bangku pendidikan karena dibatasi oleh biaya yang tidak mampu ditanggulangi.
Bahkan, didaerah-daerah tertentu masih ditemukan anak-anak dibawah usia yang harus sambil bekerja demi merangkup uang yang tidak seberapa besar namun ini dilakukannya demi bisa memakai seragam sekolah dan duduk diantara teman-temannya yang juga merasakan indahnya menimba ilmu.
Selain keterbatasan biaya, faktor sarana transportasi juga menjadi halangan anak-anak daerah dan pelosok untuk dapat bersekolah. Dikarenakan jarak dari rumah ke sekolah bukanlah dekat. Dan juga ada beberapa daerah yang mengharuskan para anak-anak yang bersekolah untuk menyeberangi sungai tanpa jembatan, artinya anak-anak tersebut harus rela basah-basahan demi menuntut ilmu.

Dan jangan heran jika anak-anak yang beginilah yang mempunyai semangat belajar yang sangat antusias dibandingkan kebanyakan anak-anak lainnya yang dengan mudah menerima fasilitas dari orang tua mereka.
Ketidak lengkapan fasilitas sekolah juga menunjang keterlambatan anak-anak tersebut untuk mengikuti kurikulum. Contohnya, tidak tersedianya perpustakaan, lab komputer, lab bahasa dan lainnya. Mungkin tidak perlu memandang jauh untuk fasilitas lab dan perpustakaan, bahkan masih banyak sekali sekolah-sekolah yang tidak memiliki atap, tidak memiliki meja, bahkan jika hujan turun mereka harus rela belajar sambil merendamkan kaki dibanjiran air.
Betapa miris sekali jika melihat pemandangan pendidikan yang seperti ini. Namun kemana kepedulian Pemerintah untuk menyelamatkan anak-anak yang sangat jauh dari jangkauan perhatian ini??

sumber : KoranJakarta
Dalam rangka peringatan Hari Pendidikan Nasional yang diperingati tanggal 02 Mei 2013, sekelompok mahasiswa dan juga Badan Eksekutif  Mahasiswa (BEM) dari Sekolah Tinggi Imu Komunikasi Pembangunan yang tenar dengan sebutan STIK-P Medan, menyelenggarakan Pameran Photo Berjalan dengan tema Potret Pendidikan.
Hal ini sengaja dilakukan oleh para mahasiswa yang bertujuan agar masyarakat tahu dan melihat bagaimana situasi pendidikan di Indonesia khususnya di pelosok Sumatera Utara yang masih kurang diperhatikan oleh Pemerintah.
Persimpangan Hotel Grand Aston Medan
Dalam pagelaran ini, masing-masing mahasiswa membawa photo hasil dari jepretan para FotoGrapher yang juga berasal dari mahasiswa STIK-P.

Dan para mahasiswa berjalan dari jalan SM.Raja menuju Mesjid Raya, lanjut ke Istana Maimon, Simpang Waspada, Jalan Pemuda, Jalan Achmad Yani, Simpang Hotel Grand Aston dan berujung di Lapangan Merdeka Medan.
Adapun tujuan dari pameran foto ini, agar masyarakat melihat bahwa masih banyak sekali anak-anak Indonesia yang masih sulit untuk bisa duduk di bangku pendidikan. Dan berharap agar Pemerintah juga melihat dan turun tangan untuk mengatasi hal ini.
Karna menjadi suatu dilema bangsa yang belum teratasi, hal ini akan terus berkelanjutan jika mata Pemerintah tidak dibuka lebar. Dan harus disadari dari sekarang, bahwa bangsa ini akan maju karena semangat dari bibit-bibit putra bangsa. Jika hanya uluran tangan dari para dermawan saja, tidaklah cukup. Melainkan juga harus ada perhatian-perhatian dari pemerintah yang terus berkelanjutan. 

Keindahan Wisata Alam Desa Tongging

Hallo sahabat.. :D
Buat kamu yang senang dengan travelling ataupun menjelajahi berbagai tempat wisata, kali ini syarah mau berbagi cerita seputar tempat wisata yang ada di Sumatera Utara yaitu tepatnya di Desa Tongging, Tanah Karo.
Tempat ini sudah lama dijadikan sebagai tempat wisata, namun masih banyak wisatawan yang belum mengunjungi tempat ini sehingga keindahan  danau dan bukitnya masih sangat sexy. Desa tongging ini terletak dipinggiran Danau terbesar di pulau Sumatera yaitu Danau Toba. Namun kebanyakan wisatawan berkunjung ke Danau Toba melalui jalur Parapat, kali ini untuk menikmati keindahan alam Tongging harus melewati jalur Tanah Karo, dan masuk dari pintu gerbang yang juga mengarah ke tempat wisata alam Air Terjun Si Piso Piso.


Untuk menuju Tanah Karo, waktu yang saya tempuh adalah sekitar dua setengah jam dari kota Medan dengan kendaraan mobil pribadi. Nah, pada saat itu saya sedikit bertemu dengan titik kemacetan lalu lintas di daerah Pancur Batu (jalan lintasan menuju Tanah Karo). Namun untungnya kemacetan tidak begitu parah, sehingga saya bisa melanjutkan kembali perjalanan wisata saya.
Saya pikir selama perjalanan saya akan merasakan kejenuhan, namun ternyata semuanya berbalik. Yap..! seru sekali melihat setiap pemandangan di sisi kanan dan kiri jalan yang saya lalui, terdapat banyak kebun sayuran, buah dan berbagai tanaman bunga. Sesekali juga melintas dipinggiran hutan yang dihuni oleh monyet-monyet yang bisa menjadi hiburan para pelalu lintas.

Sesampainya di gerbang wisata air terjun Piso-Piso dan desa Tongging, mobil yang kita kendarai pun di hampiri oleh petugas penjaga. Lalu petugas tersebut menentukan tarif biaya yang harus dibayar oleh setiap pengunjung yang masuk kedalamnya. Tidak terlalu mahal, cukup merogoh kocek  Rp10.000,- saja kita sudah bisa masuk. Setelah melewati gerbang kita langsung berbelok ke kiri untuk menuju Desa Tongging. Waktu yang ditempuh untuk menuju Desa Tongging dari gerbang masuk tidaklah lama, saya hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit. Dan pada saat itu kebetulan sekali hujan turun dengan derasnya sehingga saya dan rekan saya harus sangat teliti dan berhati-hati melintasi jalan yang lumayan berkelok-kelok. Kebetulah Desa Tongging terletak dibawah perbukitan, maka saya harus menuju jalur ke bawah. Sangat berhati hati karena pada saat itu jalanan sangat licin, dan kelok yang cukup tajam harus terus dilalui. Jalan yang dilalui juga cukup sempit. Wah… jika tidak berhati hati ternyata sangat berbahaya. untungnya saja kondisi jalan sangat baik dan mulus. Sepertinya lokasi ini sangat diperhatikan pemerintah dalam pembangunan Pariwisata Alam.
Nah… setelah melalui beberapa kelok, tepat di pertengahan jalan sudah mulai terlihat danau yang biru dan sangat memukau.. sayang sekali hujan masih turun dengan derasnya. Sehingga saya hanya bisa mengabadikan momen ini dari dalam mobil. Dari atas bukit sudah mulai terlihat keramba-keramba ikan yang ada didanau tersebut. Rasanya saya tidak sabar untuk bisa cepat-cepat sampai ke tujuan. 
Dan akhirnya saya dan rekan saya pun tiba di Desa Tongging sesuai dengan tujuan. Desa tongging ini ternyata bukan desa yang besar, hanya pedesaan kecil yang dihuni oleh warga dengan mayoritas suku Batak. Bersebelahan dengan Desa Tongging, terdapat juga Desa Merek. Dari Desa Merek ini pun bisa menikmati keindahan Danau Toba. Selain itu juga terdapat banyak pilihan penginapan.

Okey.. sekarang saya akan menghabiskan waktu di Desa Tongging. Tepat dipinggiran danau banyak sekali terdapat rumah makan yang menjual makanan khas Desa Tongging yaitu ikan bakar dan ikan arsik. Hampir disepanjang Desa Tongging kita akan menemukan rumah makan yang sangat membangkitkan selera makan kita, karena pondok yang disediakan untuk wisatawan berada diatas Danau dan pengunjung dapat menikmati hidangan makan sambil menikmati pemandangan alam nan sexy.
Begitu sampai, saya langsung memilih rumah makan “Suroboyo” sebagai tempat pengisi perut saya. Lebih asyiknya lagi, setiap menu yang tersedia adalah hasil alam dari Desa Tongging sendiri, sehingga masakan yang disajikan adalah ikan dan sayuran yang masih sangat segar. Saya memilih ikan Nila sebagai lauk dan sayurnya saya memilih kangkung tumis. Wow… takjub sekali saya bisa ikut menangkap ikan dikeramba tepat dekat dengan pondok saya. Walaupun kondisi cuaca masih hujan, tapi saya disediakan payung dan ikut berjalan diatas titi papan untuk menuju kekeramba ikan. Ikan ditangkap dengan alat jala, lalu ditimbang. Cukup murah, harga ikan nila perkilonya Rp.50.000,- kalau ikan mas perkilonya Rp 60.000,- saya sengaja memilih ikan nila dari pada ikan mas, karena ikan mas lebihbanyak durinya. Dan lagian saya memang suka banget dengan ikan nila. Nila yang sudah ditangkap dan ditimbang lalu dibawa kedapur rumah makan Suroboyo untuk di goreng. Setelah menangkap ikan, saatnya saya ikut ke pinggiran danau untuk menyaksikan ibu pemilik rumah makan memetik kangkung yang tumbuh dipinggiran danau. Asyik banget deh kali ini saya merasakan kedekatan saya dengan alam ciptaan Yang Maha Esa. 



Sambil menunggu menu makanan saya selesai dimasak, saya tetap meliput pemandangan dan lokasi wisata. Kebetulan tidak terlalu ramai dengan wisatawan, maka saya dapat dengan mudah mengabadikan moment ini.

Yang ditunggu-tunggu telah datang, saatnya mengisi perut yang sudah keroncongan. Yummieee… nasi hangat, teh manis hangat, dan ikan nila goreng hasil tangkapan saya juga tumis kangkung yang tadi baru dipetik. Disajikan juga dengan 3 jenis sambal, dan diantaranya ada satu jenis sambal khas Batak yaitu sambal ijo andalima. Yang lainnya ada sambal terasi dan sambal kecap.

Oh ya, Syarah mau kasih tau nih tentang sambal khas Batak yang cukup nikmat menjadi teman makan. Sambal ini terbuat dari cabe rawit dan cabe ijo yang dicampur dengan rempah “Andalima” yang selalu menjadi bumbu andalan dalam masakan Batak, dan juga dicampur dengan kemiri bakar. So gak heran kalau sambal khas Batak ini sangat wangi dan pedas. Dan untuk menu lauknya sebenarnya yang spesial khas Tongging itu ikan mas arsik ataupun ikan nila arsik. Karena dimasak dengan bumbu arsik khas Batak dan tetap memakai Andalima juga Bawang Batak. Namun kali ini saya memilih ikan nila goreng, karena sebelumnya saya sudah pernah merasakan masakan arsik, dan ternyata saya tidak kuat menahan aroma dari Bawang Batak yang cukup menyengat. Hehehehehh… wajar saja mungkin karna saya juga gak ada keturunan suku batak sama sekali. Untuk itu sama sekali gak ada masalah yang penting saya sudah berbagi informasi, jadi buat kamu yang juga sama seperti saya yang tidak terlalu suka dengan aroma bawang yang menyengat boleh coba menu lain.
Sambil menyantap menu yang lezat saya juga menikmati pemandangan dan udara yang sangat sejuk. Tentunya juga sambil menikmati rintik hujan yang turun. Tanpa terasa ikan yang saya tangkap tadi sudah masuk semua dagingnya ke perut saya, selain rasanya yang manis karena baru saja ditangkap langsung, juga nikmat karena dicocolin dengan sambel khas Batak. 



Dari pinggiran danau juga terlihat ikan-ikan kecil yang berenang. Banyak sekali warga yang memancing ikan dan anak-anak kecil yang menangkapi ikan dipinggiran danau dengan alat yang terbuat dari bambu dan jaring. Sore pun tiba, dan hujan sudah mulai berhenti. Senangnya.. karna bisa melihat gunung dan bukit yang sudah tidak ditutupi oleh kabut. Mengingat hari sudah sore, saya pun harus segera mencari penginapan didaerah sekitar Tongging. Saya sempat singgah ke daerah desa Merek. Tepat didesa merek saya menemukan beberapa penginapan. Diantaranya ada penginapan yang cukup unik karena design kamarnya yang sangat tradisional dan sangat kental dengan keadaan pedesaan. Ada juga penginapan yang terletak di pinggiran anak sungai, namun kali ini saya memutuskan untuk memilih penginapan yang ada di Desa Tongging yaitu di penginapan Sitopsi. Kamar yang saya pilih cukup sangat bagus dan bersih, harganya juga terjangkau, hanya Rp 100.000,- per malamnya. Untuk penginapan yang lain juga sangat terjangkau harganya mulai dari Rp75.000 sampai dengan Rp400.000 per malam. Tinggal pilih sesuai selera saja.
Senja pun berganti malam, udara yang sangat dingin mulai terasa. Di desa kecil ini aku menghabiskan separuh malam dengan  menuliskan perjalananku diteras depan kamar penginapanku. Aku sangat menikmati suasana yang sangat berbeda dari malam-malam yang biasa aku lewati. Kini aku berada di keheningan malam yang senyap, tenang, dan jauh dari penatnya kehidupan perkotaan. Yang bisa didengar hanya suara jangkrik dan angin.
Pagi pun tiba, mentari yang bersinar memantul ke embun-embun dedaunan, sejuk banget udara pagi di desa ini. Dan air untuk mandi pun terasa sangat dingin, bagi yang gak tahan dingin bias-bisa gak mandi, hihihhii..


Sarapan pagi saya masih menikmati  ikan dari danau namun kali ini saya memilih rebusan sayur sawi pahit yang juga masih segar karena baru dipetik oleh petani sekitar desa Tongging. Oh ya, di desa Tongging ini juga terdapat banyak petani bawang. Sarapan selesai, saya pun melanjutkan perjalanan dari desa Tongging menuju kampung Silalahi.  kampung Silalahi terletak tidak terlalu jauh dari desa Tongging. Memerlukan waktu 30 menit untuk menuju kampung Silalahi dari desa Tongging.
Pastinya sudah tau kenapa dinamakan kampung Silalahi, yap..! karena didaerah itulah asal dari marga Silalahi dari suku Batak. Dan di kampung Silalahi ini juga terdapat makam Raja Silalahi. Kampung Silalahi masih terletak dipinggiran danau Toba dan dikelilingi perbukitan. Namun di Kampung Silalahi ini kita bisa menikmati pinggiran danau seperti berada di pantai. Saya tidak berlama-lama dikampung Silalahi ini, karena mengingat waktu sudah sangat siang dan saya harus kembali ke kota Medan yang membutuhkan waktu perjalanan yang panjang. Walaupun perjalanan saya sangat singkat, namun banyak pengetahuan yang saya dapatkan, dan dapat berbagi kepada banyak orang. 


Untuk menuju ke Medan saya memilih jalan jalur Pematang Siantar. Karena saya ingin tau bagaimana suasana perjalanan dari Siantar. Wah.. ternyata untuk anda yang berkunjung ke Tongging saya sarankan untuk saat ini lebih baik tidak memilih jalur Pematang Siantar. Karena ternyata jalannya cukup buruk dan berlubang banyak. Ada baiknya anda memilih jalur Kaban Jahe atau jika anda dari kampung Silalahi sebaiknya anda bisa melewati jalur Sidikalang. Sayang sekali, padahal dari jalur Pematang Siantar ini kita bisa melihat kebun sayuran dan petani-petani  yang sedang panen sayur dan buah, namun kondisi jalan kurang diperhatikan oleh Pemerintah setempat. Semoga saja kedepannnya dapat menjadi jauh lebih baik dan wisatawan dapat menikmati perjalanan dari jalur Siantar.
Okey Guys.. kayaknya info yang Syarah sampaikan udah cukup, dan jangan lupa jika ingin berwisata atau travelling seperti Syarah, bawa juga obat-obatan dan minyak angin. Karena perjalanan yang cukup jauh bisa membuat kita cepat lelah. Selamat berwisata....