Jika kita melihat potret anak - anak di Indonesia, sudah yakinkah
kita bahwa pendidikan yang dikonsumsi anak-anak di Indonesia sudah
mencukupi atau sudahkah mendapatkan pendidikan yang selayaknya? Dan
apakah Pemerintah sudah maksimal menjalankan pembangunan dalam bidang
pendidikan untuk Indonesia?
Mungkin sebagian dari kita akan menjawab bahwa pendidikan di Indonesia sudah ada kemajuan, itu jika kita pandang dengan sebelah mata. Namun, mari kita arahkan pandangan kita ke daerah-daerah pelosok negara ini. Terlihat jelas masih banyak anak-anak Indonesia yang sulit untuk dapat mengecap bangku pendidikan karena dibatasi oleh biaya yang tidak mampu ditanggulangi.
Bahkan, didaerah-daerah tertentu masih ditemukan anak-anak dibawah usia yang harus sambil bekerja demi merangkup uang yang tidak seberapa besar namun ini dilakukannya demi bisa memakai seragam sekolah dan duduk diantara teman-temannya yang juga merasakan indahnya menimba ilmu.
Selain keterbatasan biaya, faktor sarana transportasi juga menjadi halangan anak-anak daerah dan pelosok untuk dapat bersekolah. Dikarenakan jarak dari rumah ke sekolah bukanlah dekat. Dan juga ada beberapa daerah yang mengharuskan para anak-anak yang bersekolah untuk menyeberangi sungai tanpa jembatan, artinya anak-anak tersebut harus rela basah-basahan demi menuntut ilmu.
Dan jangan heran jika anak-anak yang beginilah yang mempunyai semangat belajar yang sangat antusias dibandingkan kebanyakan anak-anak lainnya yang dengan mudah menerima fasilitas dari orang tua mereka.
Ketidak lengkapan fasilitas sekolah juga menunjang keterlambatan anak-anak tersebut untuk mengikuti kurikulum. Contohnya, tidak tersedianya perpustakaan, lab komputer, lab bahasa dan lainnya. Mungkin tidak perlu memandang jauh untuk fasilitas lab dan perpustakaan, bahkan masih banyak sekali sekolah-sekolah yang tidak memiliki atap, tidak memiliki meja, bahkan jika hujan turun mereka harus rela belajar sambil merendamkan kaki dibanjiran air.
Betapa miris sekali jika melihat pemandangan pendidikan yang seperti ini. Namun kemana kepedulian Pemerintah untuk menyelamatkan anak-anak yang sangat jauh dari jangkauan perhatian ini??
Dalam rangka peringatan Hari Pendidikan Nasional yang
diperingati tanggal 02 Mei 2013, sekelompok mahasiswa dan juga Badan
Eksekutif Mahasiswa (BEM) dari Sekolah Tinggi Imu Komunikasi
Pembangunan yang tenar dengan sebutan STIK-P Medan, menyelenggarakan
Pameran Photo Berjalan dengan tema Potret Pendidikan.
Hal ini sengaja dilakukan oleh para mahasiswa yang bertujuan agar masyarakat tahu dan melihat bagaimana situasi pendidikan di Indonesia khususnya di pelosok Sumatera Utara yang masih kurang diperhatikan oleh Pemerintah.
Dalam pagelaran ini, masing-masing mahasiswa membawa
photo hasil dari jepretan para FotoGrapher yang juga berasal dari
mahasiswa STIK-P.
Dan para mahasiswa berjalan dari jalan SM.Raja menuju Mesjid Raya, lanjut ke Istana Maimon, Simpang Waspada, Jalan Pemuda, Jalan Achmad Yani, Simpang Hotel Grand Aston dan berujung di Lapangan Merdeka Medan.
Adapun tujuan dari pameran foto ini, agar masyarakat melihat bahwa masih banyak sekali anak-anak Indonesia yang masih sulit untuk bisa duduk di bangku pendidikan. Dan berharap agar Pemerintah juga melihat dan turun tangan untuk mengatasi hal ini.
Karna menjadi suatu dilema bangsa yang belum teratasi, hal ini akan terus berkelanjutan jika mata Pemerintah tidak dibuka lebar. Dan harus disadari dari sekarang, bahwa bangsa ini akan maju karena semangat dari bibit-bibit putra bangsa. Jika hanya uluran tangan dari para dermawan saja, tidaklah cukup. Melainkan juga harus ada perhatian-perhatian dari pemerintah yang terus berkelanjutan.
Mungkin sebagian dari kita akan menjawab bahwa pendidikan di Indonesia sudah ada kemajuan, itu jika kita pandang dengan sebelah mata. Namun, mari kita arahkan pandangan kita ke daerah-daerah pelosok negara ini. Terlihat jelas masih banyak anak-anak Indonesia yang sulit untuk dapat mengecap bangku pendidikan karena dibatasi oleh biaya yang tidak mampu ditanggulangi.
Bahkan, didaerah-daerah tertentu masih ditemukan anak-anak dibawah usia yang harus sambil bekerja demi merangkup uang yang tidak seberapa besar namun ini dilakukannya demi bisa memakai seragam sekolah dan duduk diantara teman-temannya yang juga merasakan indahnya menimba ilmu.
Selain keterbatasan biaya, faktor sarana transportasi juga menjadi halangan anak-anak daerah dan pelosok untuk dapat bersekolah. Dikarenakan jarak dari rumah ke sekolah bukanlah dekat. Dan juga ada beberapa daerah yang mengharuskan para anak-anak yang bersekolah untuk menyeberangi sungai tanpa jembatan, artinya anak-anak tersebut harus rela basah-basahan demi menuntut ilmu.
Dan jangan heran jika anak-anak yang beginilah yang mempunyai semangat belajar yang sangat antusias dibandingkan kebanyakan anak-anak lainnya yang dengan mudah menerima fasilitas dari orang tua mereka.
Ketidak lengkapan fasilitas sekolah juga menunjang keterlambatan anak-anak tersebut untuk mengikuti kurikulum. Contohnya, tidak tersedianya perpustakaan, lab komputer, lab bahasa dan lainnya. Mungkin tidak perlu memandang jauh untuk fasilitas lab dan perpustakaan, bahkan masih banyak sekali sekolah-sekolah yang tidak memiliki atap, tidak memiliki meja, bahkan jika hujan turun mereka harus rela belajar sambil merendamkan kaki dibanjiran air.
Betapa miris sekali jika melihat pemandangan pendidikan yang seperti ini. Namun kemana kepedulian Pemerintah untuk menyelamatkan anak-anak yang sangat jauh dari jangkauan perhatian ini??
sumber : KoranJakarta |
Hal ini sengaja dilakukan oleh para mahasiswa yang bertujuan agar masyarakat tahu dan melihat bagaimana situasi pendidikan di Indonesia khususnya di pelosok Sumatera Utara yang masih kurang diperhatikan oleh Pemerintah.
Persimpangan Hotel Grand Aston Medan |
Dan para mahasiswa berjalan dari jalan SM.Raja menuju Mesjid Raya, lanjut ke Istana Maimon, Simpang Waspada, Jalan Pemuda, Jalan Achmad Yani, Simpang Hotel Grand Aston dan berujung di Lapangan Merdeka Medan.
Adapun tujuan dari pameran foto ini, agar masyarakat melihat bahwa masih banyak sekali anak-anak Indonesia yang masih sulit untuk bisa duduk di bangku pendidikan. Dan berharap agar Pemerintah juga melihat dan turun tangan untuk mengatasi hal ini.
Karna menjadi suatu dilema bangsa yang belum teratasi, hal ini akan terus berkelanjutan jika mata Pemerintah tidak dibuka lebar. Dan harus disadari dari sekarang, bahwa bangsa ini akan maju karena semangat dari bibit-bibit putra bangsa. Jika hanya uluran tangan dari para dermawan saja, tidaklah cukup. Melainkan juga harus ada perhatian-perhatian dari pemerintah yang terus berkelanjutan.
goods
BalasHapus